dua spesies burung finch yang hidup di pulau yang berbeda

Secararesmi dinyatakan sebagai burung negara bagian Hawaii, nene atau angsa Hawaii (Branta sandvicensis) ditemukan secara eksklusif di pulau Hawaii Maui, Molokai, Hawaiʻi, Oahu, dan Kauaʻi. Spesies endemik ini diyakini telah berevolusi sekitar 500.000 tahun yang lalu dari angsa Kanada yang mungkin telah bermigrasi ke Kepulauan Hawaii selama waktu Dalamperjalanan menjelajahi dunia selama lima tahun, Darwin sangat takjub terhadap beragam spesies burung finch dan kura-kura raksasa di Kepulauan Galapagos. Pada burfung finch mempunyai kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya, hnamun bentuk paruhnya yang berbeda. Darwin berhipotesis, adanya variasi pada paruh burung-burung finch dikarenakan oleh proses adaptasi habitat. Darwin mengemukakan teori Evolusi karena adanya ketakjuban terhadap burung-burung finch tersebut. 2spesies burung finch yang hidup di pulau yang berbeda memiliki rata-rata panjang baru keduanya yang dapat mencapai 10 mm namun jika dua spesies tersebut hidup pada pola yang sama rata panjang paru salah satu spesies burung finch adalah 8 mm dan spesies lainnya adalah 12 cm kondisi tersebut diatas dalam konsep teori evolusi disebut Variasiparuh sepuluh burung finch (pipit) yang ditemukan Darwin di Pulau Santa Cruz (salah satu pulau di Kepulauan Galapagos) Pada gambar di atas tampak bahwa terdapat berbagai jenis burung finch. Menurut Darwin, burung finch yang terdapat di Kepulauan Galapagos semula berasal dari satu spesies burung finch pemakan biji yang terdapat di daratan Amerika Selatan. Demikiantadi adalah beberapa macam spesies burung Finch yang dapat saya berikan semoga bisa bermanfaat bagi kita semua dan bisa menanbah wawasan kita mnegenai berbgaia macam jenis kicau. B urung Betet ini merupakan keluarga burung paruh bengkok yang terbiasa hidup di hutan baik hutan sekunder bertajuk tinggi maupun hutan prim Frau Aus Ukraine Sucht Deutschen Mann. Makassar ANTARA - Keanekaragaman burung di Indonesia pada 2023 bertambah sebanyak 11 spesies sehingga saat ini jumlah mencapai species burung. "Selain terjadi penambahan spesies, juga terjadi terdapat pengurangan sebanyak tiga spesies. Hal ini juga mempengaruhi jumlah burung endemis yang bertambah menjadi 541 spesies," kata Conservation Partnership Adviser Burung Indonesia Ria Saryanthi dalam keterangan persnya di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat. Dia mengatakan pada tahun 2022 jumlah burung di Indonesia sebanyak spesies dan 534 spesies endemis. Perubahan jumlah tersebut memantapkan posisi Indonesia sebagai negara dengan jumlah spesies burung endemis terbanyak di dunia. "Sebanyak tujuh dari 11 spesies catatan baru tahun ini merupakan spesies endemis Indonesia dari hasil pemecahan taksonomi," kata Ria. Revisi taksonomi burung masih menjadi faktor utama terjadinya penambahan spesies di Indonesia, diikuti dengan adanya deskripsi spesies baru. Hal ini sekaligus menambah pemahaman masyarakat tentang keanekaragaman spesies burung di Indonesia semakin membaik tiap tahunnya. Ria menjelaskan deskripsi spesies baru juga turut berkontribusi pada penambahan satu spesies burung yaitu Kacamata Wangi-Wangi Zosterops paruh besar. Menurut para peneliti yang mendeskripsikan spesies ini, Kacamata Wangi-Wangi memiliki karakteristik morfologi dan genetik yang sangat berbeda dengan spesies burung kacamata lain, sehingga itu dijadikan dasar utama penetapan spesies burung kacamata di Pulau Wangi-wangi sebagai spesies burung baru. Lebih jauh Ria menjelaskan dari 11 spesies yang bertambah pada periode tahun ini, tujuh diantaranya memiliki persebaran yang terbatas di dalam wilayah Indonesia. Ketujuh burung tersebut antara lain Ceret Buru Locustella Disturbans, endemis Pulau Buru, Ceret Seram Locustella Musculus, endemis Pulau Seram, Cikrak Sulawesi Phylloscopus Nesophilus, endemis Pulau Sulawesi, Kacamata Wangi-Wangi Zosterops paruhbesar, endemis Pulau Wangi-wangi, Kacamata Wakatobi Zosterops Flavissimus, endemis Kepulauan Wakatobi, Burung Madu Wakatobi Cinnyris Infrenatus, endemis Kepulauan Wakatobi, dan Cabai Flores Dicaeum Rhodopygiale, endemis Pulau Flores. Terdapat sebanyak sembilan spesies burung yang bertambah merupakan hasil dari pemecahan taksonomi. Keseluruhan spesies tersebut terdapat di Wallacea dan dua diantaranya juga tersebar di wilayah Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera. Wallacea merupakan kawasan biogeografis yang meliputi Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku. Berdasarkan Daftar Merah IUCN, pada tahun ini setidaknya juga ada 10 spesies burung di Indonesia yang status keterancamannya belum dievaluasi, karena dikategorikan sebagai spesies yang relatif baru dideskripskan dan minim informasi. Seekor burung Raja Udang Api Ceyx erithaca bertengger di sebuah dahan pohon di Balai Taman Nasional Bali Barat TNBB, Jembrana, Bali, Minggu 31/7/2022. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/wsj. ANTARA FOTO/BUDI CANDRA SETYA Berita ini juga telah tayang di dengan judul Jumlah spesies burung Indonesia bertamah menjadi spesies Burung finch satu genus dengan burung pipit di Kepulauan Galapagos yang dulu dipakai Charles Darwin untuk mengembangkan teori evolusi, kini terbukti cocok dengan teori itu, mereka memang berevolusi. Burung-burung finch yang berukuran sedang, yang dulu diteliti Darwin, ternyata perlahan-lahan memperkecil paruhnya untuk mendapatkan aneka jenis biji-bijian. Perubahan ini mulai terjadi sekitar duapuluh tahun setelah kedatangan burung pesaing mereka yang berukuran lebih besar, dan memperebutkan sumber makanan yang sama. Klasifikasi Ilmiah Kingdom Animalia Filum Chordata Kelas Aves Upakelas Neornithes Infrakelas Neognathae Superordo Neoaves Ordo Passeriformes Upaordo Passeri Infraordo Passerida Superfamili Passeroidea Famili Fringillidae Vigors, 1825 Perubahan ukuran paruh menunjukkan bahwa spesies yang berkompetisi untuk mendapatkan makanan dapat mengalami evolusi, demikian kata Peter Grant dari Princeton University, yang memublikasikan hasil penelitiannya itu pada jurnal Science. Sedangkan risetnya didanai oleh National Science Foundation. Grant telah mempelajari burung-burung finch di Kepulauan Galapagos selama beberapa puluh tahun dan pada mulanya bermaksud meneliti perubahan-perubahan yang terjadi ketika beradaptasi dengan kekeringan yang turut pula mengubah jenis makanan yang tersedia di sana. Tahun 1982 pasangan burung-burung finch besar, Geospiza magnirostris, tiba di pulau itu untuk kawin, dan memulai kompetisi untuk mendapatkan biji-bijian ukuran besar dari tanaman Tribulus. Burung-burung itu bisa membuka dan makan biji-bijian itu tiga kali lebih cepat dari burung Geospiza fortis, sehingga menurunkan persediaan biji jenis ini. Tahun 2003 dan 2004 hujan turun dan kian menipisnya persediaan makanan. Akibatnya burung finch jenis G. fortis berparuh besar banyak yang mati, dan menyisakan hanya yang berparuh lebih kecil, yang mampu memakan biji dari tanaman yang lebih kecil dan tak perlu berkompetisi dengan burung G. magnirostris yang lebih besar. Dalam teori evolusi Darwin, perubahan itu dikenal dengan istilah character displacement, yang terjadi ketika seleksi alam yang menghasilkan perubahan pada generasi berikutnya. Perubahan ini menyebabkan banyaknya jenis burung finch di Kepuluan Galapagos. Berikut beberapa jenis burung Finch yang hidup di Kepulaun Galapagos beserta ciri-ciri paruh dan jenis makanannya 1. Platyspiza crassirostriss burung finch pohon pemakan tumbuhan - Pemakan tunas tumbuhan - Burung finch pohon - Paruh seperti paruh bebek Camarhynchus pallidus burung finch pelatuk - Pemakan serangga - Burung finch pohon - Paruh panjang dan runcing paruh pematuk Camarhynchus parvulus burung finch pemakan serangga kecil - Pemakan serangga - Burung finch pohon - Paruh penggenggam Camarhynchus psittacula burung finch pemakan serangga besar - Pemakan serangga - Burung finch pohon - Paruh penggenggam Certhidea olivacea burung finch berkicau - Pemakan serangga - Burung finch pohon - Paruh panjang dan runcing Geospiza scandens - Pemakan kaktus - Burung finch tanah - Paruh panjang dan runcing Geospiza difficilis - Pemakan benih - Burung finch tanah - Paruh tajam untuk menghancurkan makanan Geospiza fuliginosa - Pemakan benih/biji - Burung finch tanah - Paruh tajam untuk menghancurkan makanan. Suatu bukti untuk kompetisi masa lalu adalah pengamatan bahwa spesies yang sama tampaknya selalu memperlihatkan beberapa perbedaan relung ketika hidup besama-sama dalam suatu komunitas. Pola pembagian sumberdaya resource partitioning, di mana spesies simpatrik mengkonsumsi makanan yang sedikit berbeda atau mkenggunakan sumberdaya lain dengan cara yang sedikit berbeda, telah tercatat dengan baik, khususnya pada hewan, terutama kawanan burung finch ini. Bukti kedua akan keutamaan kompetisi datang dari pembandingan spesies-spesies yang berkerabat dengan populasinya kadang-kadang simpatirk dan kadang-kadang allopatrik. Meskipun populasi allopatrik spesies seperti itu strukturnya mirip dan menggunakan sumberdaya yang sama, populasi simpatrik sering kali menunjukkan perbedaan dalam struktur tubuh dan dalam sumber daya yang mereka gunakan. Kecendrungan karakter-karakter agar menjadi lebih berbeda dalam populasi simpatrik dua spesies dibandingkan dengan dalam populasi allopatrik dua spesies, disebut pergantian karakter character displacement. Burung finch Galapagos memberikan contoh baik mengenai pergantian karakter dalam ukuran paruh dan, barangkali, dalam biji yang dapat mereka makan secara paling efisien. Kemunculan kunang-kunang dengan cahayanya di suatu kawasan bisa menjadi isyarat lingkungan yang sehat. Kalau dirunut dari siklus kehidupannya, kelangsungan hidup satwa ini memang bergantung kepada ekosistem yang lestari. Siklus hidup kunang-kunang melewati empat tahap atau yang disebut metamorfosis sempurna. Dimulai dari telur, larva, kepompong, kemudian kunang-kunang dewasa. Kunang-kunang pun membutuhkan udara sehat yang kaya oksigen. Pada kunang-kunang, cahaya muncul melalui proses kimia saat kalsium, adenosine triphosphate, dan enzim bioluminescence bercampur dengan oksigen. Ada tiga ancaman terkait kelestarian kunang-kunang. Yaitu hilangnya habitat, cahaya buatan, dan penggunaan pestisida. Bagai bintang di langit, cahaya kunang-kunang pun turut menghiasi malam. Sayangnya, keberadaannya kian hari kian sulit ditemui. Dulu, satwa ini sering terlihat di persawahan, pinggiran danau, rawa-rawa, padang rumput, dan hutan. Kadang-kadang mereka mampir pula ke rumah. Kini kunang-kunang makin jarang terlihat karena habitat aslinya menyempit, bahkan hilang. Siklus hidupnya juga terganggu oleh aktivitas manusia. Sementara perubahan iklim ikut menambah kerentanan populasinya. Sebuah survei global, dilansir dari BioScience, tentang ancaman kepunahan kunang-kunang menyebutkan, ada tiga ancaman tertinggi terkait kelestarian serangga ini. Yaitu hilangnya habitat, cahaya buatan, dan penggunaan pestisida. Survei yang dilakukan awal 2019 lalu itu juga menyertakan ancaman lain namun dalam skala lebih kecil. Yaitu kekeringan, kenaikan suhu, polusi air, kenaikan air laut, badai dan banjir, turisme, invasi spesies lain, dan pengambilan berlebih. Secara taksonomi, kunang-kunang digolongkan dalam Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, dan Famili Lampyridae. Sebanyak spesies kunang-kunang telah diketahui, yang sekitar 400 spesies teridentifikasi di Asia Tenggara dan wilayah Indo-Pasifik. Spesies yang banyak ditemukan di Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah Pteroptyx tener, Pteroptyx malaccae, dan Luciola pupilla. Baca Apakah Ada Kunang-kunang Laut? Kunang-kunang yang bersinar terang di malam hari. Foto Unsplash/Jerry Zhang/Free to use Lingkungan sehat Kemunculan kunang-kunang dengan cahayanya di suatu kawasan bisa menjadi isyarat lingkungan yang sehat. Mengapa? Kalau dirunut dari siklus kehidupannya, kelangsungan hidup satwa ini memang bergantung kepada ekosistem yang lestari. Siklus hidup kunang-kunang melewati empat tahap atau yang disebut metamorfosis sempurna. Dimulai dari telur, larva, kepompong, kemudian kunang-kunang dewasa. Keempatnya bisa membutuhkan lingkungan berbeda. Lama siklus juga tidak sama, tergantung spesiesnya. Misalnya kunang-kunang jenis Pteroptyx tener. Boleh dibilang, spesies ini mampu hidup di darat, air, dan udara. Mengutip laporan dari peneliti Forest Research Institute Malaysia, kunang-kunang spesies Pteroptyx tener kerap ditemukan di hutan mangrove, muara sungai, atau perairan payau. Keunikannya telah menjadi daya tarik wisata di sana. Kehidupan kunang-kunang spesies ini, menggambarkan hubungan yang kompleks antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Baca Gemerlap Kunang-kunang, Pesona Wisata Malam Rammang-Rammang Cahaya kunang-kunang terpancar dari tubuhnya. Foto Wikimedia Commons/NEUROtiker/Free to share Setelah dibuahi, biasanya sang betina akan meletakkan telur di tempat aman di daratan. Misalnya di lumut yang basah di pinggir sungai. Setelah berumur 15 hingga 20 hari, telur menetas menjadi larva berukuran sekitar 2 mm. Larva ini makan siput, cacing, serta binatang lunak lainnya yang tak jarang berada di dalam air. Setelah menyuntikkan enzim khusus, larva kunang-kunang akan menyedot nutrisi mangsanya. Ketika usianya menginjak dua minggu, larva akan berganti kulit. Untuk itu dia akan menggali lubang dan tetap tinggal di sana hingga proses pergantian kulit selesai. Karena tubuhnya semakin besar, larva kunang-kunang harus ganti kulit beberapa kali sebelum akhirnya menjadi kepompong atau pupa. Butuh waktu 9 hingga 12 hari kunang-kunang bertapa dalam kepompongnya sebelum mengepakkan sayap dan terbang di udara. Kunang-kunang dewasa spesies ini makan nektar dan cairan tumbuhan. Jika saat menjadi larva memerlukan waktu 6 hingga 7 bulan, tatkala dewasa kunang-kunang ini hanya berumur beberapa minggu saja. Dia akan mencari pasangan dipandu kerlip bioluminescence yang ada di perutnya, bertelur, lalu mati. Jika salah satu habitat rusak, siklus metamorfosis dari telur hingga menjadi kunang-kunang dewasa akan terganggu. Populasi kunang-kunang pun berkurang bahkan terancam punah. Siklus hidup kunang-kunang Pteroptyx tener mengandaikan muara sungai yang bebas polusi, tersedianya aneka vegetasi, serta keutuhan bentang alamnya. Pencemar pestisida yang digunakan dalam pertanian akan mematikan larva. Vegetasi tepi muara yang rusak bakal menghilangkan tempat bertelur, mencari pasangan, serta sumber makanan kunang-kunang dewasa. Sementara, bentang alam yang rusak akan menghilangkan siput dan sumber makanan larva kunang-kunang. Kunang-kunang menjadi bioindikator yang sangat baik bagi kelestarian berbagai habitat. Baca juga Kepik, Serangga Mungil “Sahabat” Petani Kunang-kunang dewasa jenis Photuris lucicrescens. Foto Wikimedia Commons/Bruce Marlin/CC BY-SA Kunang-kunang pun membutuhkan udara sehat yang kaya oksigen. Pada kunang-kunang, dikutip dari Scientific American, cahaya muncul melalui proses kimia saat kalsium, adenosine triphosphate, dan enzim bioluminescence bercampur dengan oksigen. Uniknya, cahaya yang dihasilkan tidak menghasilkan panas sehingga kunang-kunang tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk menyalakan “lampu” di dalam perutnya. Tercukupinya oksigen ikut memastikan “lampu” itu tetap menyala. Kunang-kunang juga berjasa bagi satwa nokturnal lain. Kebanyakan, kunang-kunang menggunakan bioluminescence untuk mengirim pesan kepada pasangannya sekaligus menakuti predator. Sejumlah laporan menyatakan populasi kunang-kunang menjadi jauh berkurang gara-gara polusi cahaya. Ini dikarenakan kunang-kunang sangat sensitif terhadap cahaya. Keberadaan kunang-kunang bisa menjadi isyarat ada atau tidaknya dampak polusi cahaya yang bisa memengaruhi kehidupan satwa nokturnal. [Berbagai sumber] Artikel yang diterbitkan oleh - Sudah beberapa tahun belakangan, masyarakat Indonesia banyak yang jatuh hati pada burung finch atau pipit. Burung ini banyak digemari lantaran keindahan bulunya yang berwarna-warni serta kicaunya yang Amerika, Eropa, dan Australia, orang justru lebih tertarik memelihara atau menangkar burung finch ketimbang burung kicauan seperti di Indonesia. Selain mudah dalam perawatannya, penampilannya yang cantik dan penuh warna cukup menggoda untuk disilangkan demi mendapatkan anakan dengan warna-warna unik yang itu, dari puluhan jenis burung finch di seluruh dunia, ada beberapa jenis finch yang sangat popular dan cukup digemari baik di Indonesia maupun mancanegara. Berikut ini beberapa jenis burung finch baik impor ataupun lokal yang banyak dipelihara di Gold Amadin Chloebia gouldiae~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Burung yang juga dikenal dengan nama lain Gould ian finch dan Gould Amadian ini adalah salah satu jenis finch yang paling banyak penggemarnya di Indonesia. Wajar saja, burung asal Australia yang pertama kali ditemukan oleh John Gould ini sangat indah karena memiliki corak warna bulu yang menawan, variatif dan juga tampak amadin, salah satu jenis finch yang paling digemari. Foto SyahroniBurung gold amadin memiliki warna beragam mulai dari punggung, kepala, dada hingga di bagian ekor tergantung dari jenis-jenisnya. Ukuran burung dewasa yaitu kurang lebih sekitar 12 – 14 cm dan berat badannya kurang lebih sekitar 12 – 20 gr. Gold amadin ini bisa bertahan hidup sampai dengan 6 tahun jika dirawat dengan baik. Sedangkan untuk masa birahi pada usia antara 10 Zebra finch Taeniopygia guttata~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Burung pipit zebra / zebra finch Taeniopygia guttata cukup dikenal di kalangan penggemar burung mancanegara. Spesies ini umum ditemukan di Australia, Indonesia, dan Timor Leste. Setelah diintroduksi hingga ke Brazil, Puerto Rico, Amerika Serikat, Portugal, dan lain-lain, zebra finch kini bisa ditemukan di hampir seluruh negara di pipit Zebra Timor atau Zebra Finch Foto NugrohoZebra finch termasuk burung dimorfik. Artinya, burung jantan dan betina mempunyai warna tubuh yang berbeda. Burung jantan memiliki pipi dengan bercak oranye, garis-garis pada tenggorokan, dan corak hitam di dadanya serta sayap berwarna merah berbintik putih. Selain banyak dipelihara atau disilangkan untuk mencetak warna-warna unik dan menarik, zebra finch juga menjadi salah satu jenis burung yang sering diamati perilakunya untuk tujuan penelitian Emprit jepang Lonchura striata domestica~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Society finch Lonchura striata domestica merupakan salah satu jenis burung finch popular yang banyak dipelihara di mancanegara. Di Indonesia, burung ini kerap disebut emprit jepang alias jepang atau emje tengah mengerami telurnya. Foto hadi NugrahaEmprit jepang bukanlah jenis burung yang bisa ditemukan di alam liar. Awalnya, burung cantik ini merupakan hasil persilangan antara sharp-tailed munia Lonchura acuticauda dari India dan striated munia Lonchura striata dari digemari karena mudah dikembangbiakkan, emprit jepang juga sering dimanfaatkan sebagai baby sitter atau babuan untuk mengerami telur dan / atau mengasuh anakan burung jenis finch lainnya, terutama gould Strawberry finch Amandava amandava~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Jenis finch lainnya yang banyak penggemarnya adalah red avadavat / strawberry finch Amandava amandava. Di Indonesia, strawberry finch dikenal dengan nama pipit benggala atau emprit geni. Burung ini memiliki warna yang sangat Finch yang cantik TRUBUS/Hadi NugrohoStrawberry finch juga termasuk burung dimorfik, sehingga burung jantan dan betina mudah dibedakan dari penampilan dan warna bulunya. Burung jantan mempunyai bulu berwarna merah padam, dengan bintik-bintik putih pada bagian dada, sisi tubuh, tunggir, dan Owl finch Taeniopygia bichenovii~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Burung ini lebih sering disebut owl finch, karena motif bulunya menyerupai burung hantu. Padahal nama aslinya adalah double-barred finch Taeniopygia bichenovii. Burung ini banyak ditemukan di padang kering sabana, hutan tropis, dan padang rumput di wilayah utara dan timur Finch yang memang mirip burung hantu Foto NugrohoBulu-bulunya berwarna lembut dan sangat menarik minat para penggemar burung finch di seluruh dunia. Selain itu, burung ini sering disatukan bersama jenis burung finch lainnya dalam kandang aviary. Namun demikian, tidak mudah membedakan burung owl finch jantan dan betina, karena keduanya terlihat Bondol haji Lonchura maja~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Bondol haji Lonchura maja, pipit haji, atau yang dalam bahasa Jawa disebut emprit haji, adalah burung yang termasuk dalam suku Estrildidae. Burung ini hidup di Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Bali dan pulau-pulau di sekitarnya. Burung ini dinamakan emprit haji karena bagian kepala hewan ini berwarna putih, yang seolah memakai peci putih yang dalam masyarakat Indonesia dipakai setelah pulang dari Bondol Haji atau Emprit Haji. Foto Hadi NugrohoBurung ini sendiri mulai banyak digemari beberapa waktu belakangan ini. Pemicu saat gelaran Indonesia Bird Con 2019 yang digelar beberapa bulan silam, juri dari Eropa menobatkannya menjadi juara umum. Bertubuh sekitar 11 cm dengan warna dominan putih cokelat seperti finch. Mirip dengan bondol oto-hitam namun pucat cokelat, sementara seluruh kepala dan tenggorokan putih. Burung muda berwarna cokelat pada bagian atas badannya, dengan tubuh bagian bawah dan wajah kuning tua. Iris berwarna cokelat; paruh abu-abu kebiruan; dan kaki biru pucat. Adapun suaranya bernada tinggi seperti seruling, berbunyi "puip" bila mengelompok. Sewaktu masih remaja, bagian belakang telinga bondol dan bagian bawah burung itu berwarna putih. Sementara itu, paruhnya berwarna biru Bondol oto hitam Lonchura ferruginosa~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Burung bondol oto hitam / white-capped munia Lonchura ferruginosa adalah finch lokal berukuran kecil yang cukup banyak digemari di Indonesia. Burung ini memiliki panjang sekitar 11 cm. Namun tubuhnya besar dan tebal. Penampilannya mirip burung Emprit haji / bondol haji Lonchura maja. Yang membedakan adalah warna hitam pada dagu dan itu, wilayah persebaran burung bondol oto hitam terbatas di Jawa dan Bali. Lain halnya dengan bondol haji yang juga dijumpai di Sumatera. Bondol oto hitam memiliki penampilan cukup eksotis, dan bisa kita dapatkan di sejumlah pasar burung dengan harga murah-meriah. Burung ini biasanya dipelihara untuk mempercantik kandang aviary yang berisi berbagai jenis finch, atau dikembangbiakkan untuk mendapatkan warna-warna yang lebih menarik. Burung jantan dan betina sulit dilakukan, karena penampilannya hampir sama. Tetapi burung jantan memiliki suara yang lebih bervariasi, dengan penampilan yang lebih gagah dan Bondol hijau Erythrura prasina~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Burung bondol hijau / pin-tailed parrotfinch Erythrura prasina umum ditemukan di Asia Tenggara, yang meliputi Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Selain dipelihara serta ditangkar, burung bondol hijau sering ditempatkan bersama jenis burung finch lainnya dalam kandang aviary, terutama karena penampilan dan warna bulunya yang jantan dan betina bisa dibedakan dari penampilan dan warna bulunya. Burung jantan memiliki tubuh bagian atas berwarna hijau, muka biru, dan tubuh bagian bawah kuning tua, dengan bercak merah di bagian tengahnya. Adapun burung betina mempunyai kepala kehijauan dan ekor lebih Gelatik jawa Padda oryzivora~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Burung gelatik jawa Padda oryzivora sebenarnya merupakan burung endemik Indonesia yang hanya ditemukan di Pulau Jawa dan Bali. Namun setelah diintroduksi di sejumlah negara, terutama Eropa, burung ini makin terkenal dan banyak dipelihara sebagai burung hias atau finchmania mancanegara bahkan sering menjadikan gelatik jawa sebagai burung yang “wajib” dipelihara. Berbagai mutasi baru, bahkan mencapai ratusan ragam mutasi, telah dihasilkan para breeder gelatik jawa di beberapa jenis finch yang banyak dipelihara di Indonesia dan mancanegara, tertarik memeliharanya? Skip to content Kepulauan Galapagos adalah rantai dari 22 pulau yang terletak di Samudra Pasifik di pantai barat Amerika Selatan. Darwin mengamati keberadaan berbagai spesies kutilang, burung hitam kecil yang hanya ditemukan di Kepulauan Galapagos dan berkerabat dekat dengan spesies di daratan Amerika Selatan. Pemisahan vulkanik Kepulauan Galapagos dari daratan Amerika mengikuti diversifikasi kutilang di berbagai pulau dari spesies leluhur kutilang yang seharusnya mencapai pulau kepulauan dari daratan secara tidak sengaja. Stok pemakan benih leluhur terdiversifikasi menurut berbagai jenis makanan tanaman, biji-bijian, serangga, kaktus dll yang tersedia dan jenis paruh yang dikembangkan disesuaikan dengan makanan tersebut. Isolasi geografis menyebabkan isolasi reproduksi dan dengan demikian, evolusi spesies burung finch baru dari induknya. Ini membuat opsi B benar. Mutasi adalah perubahan acak yang diwariskan secara tiba-tiba dalam struktur atau jumlah molekul DNA dari sel suatu organisme. Perubahan lingkungan yang tiba-tiba menimbulkan kebutuhan untuk pengembangan karakter baru untuk bertahan hidup. Spesies burung finch yang berbeda menunjukkan radiasi adaptif karena isolasi biogeografis dari induknya, bukan karena mutasi atau lingkungan. Jawaban yang benar adalah B Soal Burung finch pulau Galapagos mewakili perkembangannya karena A» Mutasi B» Wilayah bio-geografis C» Lingkungan D» Tak satu pun di atas

dua spesies burung finch yang hidup di pulau yang berbeda